Bagaimana Bersatu dalam Perbedaan

Oleh : Christina LomonLyons

Tak terasa, Paskah sudah dekat. Kini sudah masuk minggu ke-2 pra Paskah.Tradisi Pantang dan Puasa selama 40 hari berjalan dalam hening. Keuskupan Agung Jakarta menerbitkan buku panduan Aksi Puasa Pembangunan 2018 dengan tema “Amalkan Pancasila : Kita Bhineka, Kita Indonesia.”

Setiap Jumat malam, selama 4 pekan, umat Katolik melakukan Pendalaman Iman dalam pertemuan lingkungan. Pertemuan 1 dengan tema “Kebhinekaan dalam Keluarga.” Pertemuan 2 : Kebhinekaan dalam Komunitas. Pertemuan 3 : Kebhinekaan dalam Masyarakat, dan pertemuan 4: Kebhinekaan dalam Karya.


Maka Jumat 23 Februari 2018, di rumah pasangan Christina LomonLyons dan Michael Lyons di Bambu Wulung no 5, sekitar 300 meter dari Gereja Katolik Anak Domba, St Yohanes Maria Vianney, berlangsung pertemuan pertama itu. Dalam pertemuan yang khusuk namun penuh canda tawa saat diskusi berlangsung ini adalah Ketua lingkungan (Ketuling) Ny Romartha Naibaho dan suaminya, Gurning dan putranya Bertho. Juga Pasutri Adhi Wibawa dan Ny Nova, Ny Sri Yuwono dan putrinya nona Rika, Ny Yuli Wagino dan putrinya Anastasia, pasutri Abbas Adnan dan Ny Umy, Pak Sutrisno yang biasa disapa pak Jenderal, datang sendiri. Sang Istri, telah wafat lebih dari setahun silam. Sementara putrinya, Mbak Novi yang biasa menemani, tak bisa hadir, karena sedang menemani suaminya yang sedang terbaring sakit di Bandung. Ada pula dua dua pemuda tampan yang terlibat dalam pertemuan malam itu, Julius Suardy dan Albert.

Bacaan Kitab Suci malam itu diambil dari Injil Lukas 10 : 38-42. Tentang peran tokoh wanita Marta dan Maria saat menyambut kedatangan Yesus di rumah mereka. Peran Maria sebagai pendengar Firman, selaras dengan tujuan utama kunjungan Yesus. Demikian juga peran Marta tak dapat diabaikan, sebagai pelayan yang menyediakan segala hal yang mendukung, agar orang dapat mendengarkan Firman dengan baik.

Tatkala menyebar undangan pertemuan Pendalaman Iman, Ketuling mengharap umat lingkungan untuk membawa foto keluarga atau foto tentang sebuah peristiwa dalam keluarga.  Dan umat yang membawa foto diminta untuk menceritakan bagaimana proses penerimaan sebuah perbedaan pikiran atau cara bertindak dari pribadi-pribadi dalam foto yang mereka bawa.

Antusias  Ny Umy, Ny Yuli, Ny Sri Yuwono, Pak Adhi dan Pak Gurning, berbagi cerita dari foto-foto yang merfeka bawa. Ny Yuli membawa foto ia dan keluarga berfoto bersama Romo Hadi Suryono, pastor Paroki St Yohanes Maria Vianney, saat gereja masih menumpang di Aula persekolahan Budi Murni, Cipayung. Ny Umy berkisah bagaimana pergulatan ia dan suaminya hingga berlabuh dalam pelukan Tuhan Yesus Kristus.

“Suami saya dulu adalah penganut non Katolik. Saya sendiri dulu juga non Katolik. Kami bisa bersatu karena campur tangan Tuhan Yesus, dalam gereja Katolik yang memberi berbagai warna kehidupan dalam berkeluarga,” tutur Ny Umy.

Demikian pun Ny Sri Yuwono, ia bercerita bagaimana dalam keluarga besarnya, bersatu dalam perbedaan agama. Ia dulu juga non Katolik. Hingga menjadi Katolik, setelah menikah dengan Pak Sri Yuwono (Alm). “Ibu mertua saya penganut kepercayaan. Beliau suka membaca. Dari buku-buku gereja Katolik yang dikirim suami saya, beliau mengatakan banyak persamaan dengan Pangestu yang mereka anut. Hingga kemudian ibu mertua menjadi Katolik dan membawa  terang bagi banyak kerabat yang ikut menjadi Katolik,”ungkap Ny Sri Yuwono.

Seperti terungkap di Injil Gal.3:28,  bahwa Gereja lahir dari persekutuan mereka yang berbeda.  Dikatakan di sana,”Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus.

Persatuan tidak lahir dengan menghilangkan perbedaan. Namun, persatuan hanya muncul melalui penghargaan atas perbedaan. Seperti  halnya Gereja disebut communio – persekutuan, karena ia lahir berkat Roh Kudus yang menyatukan. Bukanlah keseragaman dalam perbedaan yang kita cari, tetapi, Roh yang sama , di balik setiap perbedaan.



Leave a Reply

Your email address will not be published.