Belajar Toleransi Beragama, Contohlah Salatiga

Dalam rangka memperingati Hari Toleransi Nasional pada 16 November 2017, Setara Institute memberikan predikat Kota Paling Toleransi untuk sepuluh kota di Indonesia. Salatiga kembali terpilih untuk yang kedua kali, setelah tahun 2015 silam.

Salatiga diakui oleh warganya merupakan kota yang unik, berada ditengah-tengah tiga kota besar yaitu Semarang, Surakarta dan Yogyakarta. Kota kecil yang dulunya adalah tempat persinggahan kolonial Belanda ini menjadi tujuan para pelajar untuk menimba ilmu.

Berdirinya Universitas Kristen Satya Wacana di tahun 1956 dengan jargonnya “Indonesia Mini,” karena mahasiswanya berasal dari Sabang sampai Merauke, dari semua kalangan dan agama, membuat Salatiga semakin berkembang menjadi kota pendidikan yang tenang, tentram dan kuat dalam toleransi beragama.

“Masyarakat sering menyebut Salatiga merupakan miniaturnya negara Indonesia, karena terdapat 30 etnis yang bermukim dikota ini, yang hidup rukun dengan penuh toleransi,” ujar Muh. Haris, Wakil Walikota Salatiga.

Lebaran di Salatiga

Salah satu bentuk toleransi terlihat di kota yang terkenal dengan penganan enting-enting gepuk ini adalah penggunaan lapangan Pancasila sebagai lokasi kegiatan keagamaan. Pada bulan Desember ini, lapangan tersebut akan digunakan sebagai tempat ibadah merayakan hari Natal umat Kristiani se Salatiga. Pun saat Idul Fitri, lapangan ini juga digunakan sebagai tempat melaksanakan sholat Ied secara massal.

Dimulai sejak subuh sekitar pukul 03.30 Wib, Masjid Agung Darul Alam yang berada persis di samping lapangan pancasila sangat menghormati perayaan Natal dengan mematikan pengeras suara. Begitu pula sebaliknya ketika musik yang sedang mengiringi lagu-lagu rohani mendadak langsung dihentikan saat masjid akan mengumandangkan adzan subuh, panitia Natal bersama para umat segera menghentikan segala aktifitasnya, menunggu umat Muslim melaksanakan sholat subuh, untuk selanjutnya kebaktian dilanjutkan kembali setelah ibadah sholat subuh selesai.

parade natal di salatiga

Saat merayakan Natal, para pemuda Masjid pun turut membantu kelancaran ibadah Natal dengan mengatur jalur masuknya kendaraan dan para warga yang akan mengikuti ibadah. Setelah itu para pemuda masjid ini akan menyalami dan mengucapkan selamat hari Natal kepada para umat Kristiani.

“Salatiga bukan kota untuk ajang pertarungan agama atau menganggap agamanya paling bagus dan hebat. Pemimpin kota Salatiga yang beragama muslim sangat bisa bekerja sama dengan para bawahannya yang beragama nasrani,” ujar wakil walikota

Dari kegiatan-kegiatan tersebut bisa disimpulkan bahwa Salatiga adalah kota yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keharmonisan hidup beragama. Mengingat di Indonesia persoalan antar agama masih sangat rentan jika dibicarakan dan perbedaan antar agama masih sangat kentara. Namun Salatiga seakan memberikan contoh, bagaimana sebuah kota dengan masyarakatnya bisa harmonis dengan budaya dan agama yang berbeda-beda.

Leave a Reply

Your email address will not be published.