I took a stroll behind the church recently and was overwhelmed by the natural beauty of the grounds. It’s a lush paradise with many varieties of plants and flowers.
I asked for Mr. Basuki’s help to write an article about it (see below). What I didn’t know is the sensitive story about this area. Regardless, if you go behind the church to see the mini Garden of Eden and you find an apple, please don’t take a bite. 🙂
Hamparan Taman di Depan Pendopo
Diantara Kapel Kapal St Petrus dan rumah doa Pendopo Maria ada hamparan taman yg indah dengan aneka ragam bunga.
Milik gerejakah taman itu ? Ternyata bukan. Sebab ada pagar pemisah keliling lahan tanpa akses keluar/masuk gereja . Namun, karena sebagian pagar itu terbuat dari BRC dan rendah, bunga2 nan indah dan pepohonan menyaru seolah taman itu milik gereja.
Taman itu milik pak Edi Tampi – pengusaha eksploradi pengeboran minyak. Ia warga umat Katolik Tebet Jaksel yg secara tak disangka jatuh cinta dengan Paroki Cilangkap yg sedang merintis pencarian dana untuk membangun gereja pada waktu itu Ia bertemu dengan Rm Anto ( alm Kuswardianto ) dan Rm Hadi Suryono. Ia pun teepikat membeli lahan disamping gereja seluas 6000 m2 itu. Dan, menjafi sponsor dan membidani dimulainya pembangun gereja Cilangkap. Ia juga termasuk salah satu anggota panitia pembangunan gereja.
“Sebagian lahan itu telah dipersembahkan utk memperluas lahan gedung gedung gereja. Pak Edi Tampi adalah salah satu benefaktor terbesar pembangunan gereja Cilangkap”
Kembali ke taman. Tak soal siapa yang punya, taman itu telah memberikan nuansa indah dan lega tatkala anda betada atau berdoa di Pendopo Maria.
Ketika GAD dalam proses pembangunan hamparan lahan di belakang gereja seluas 6000 m2 itu memang sangat terbuka dan seolah bagian dari properti gereja. Apalagi rumah p Edib yg berada tak jauh dari taman itu dijadikan markas kegiatan umat termasuk rapat2 panitia pembangunan gereja.
Maka sebagian umat pun jengah ketika gereja selesai dibangun pagar pembatas membentang memisahkan memisahkan gereja. —JBB