Jelang Perayaan Imlek

Photo by Travel Kompas

Kota Pontianak merupakan ibu kota Propinsi Kalimantan Barat. Selain dikenal dengan nama Kota Kathulistiwa, “Khun Tien” adalah sebutan akrab dari masyarakat etnis Tionghoa Kalimantan Barat untuk menyebut Kota Pontianak.

Etnis Tionghoa merupakan salah satu dari tiga etnis yang mendominasi di Kalimantan Barat selain Dayak dan Melayu. Masing-masing dari etnis tersebut sejak lama hidup saling berdampingan dan harmonis, memiliki tradisi dan kebudayaan tersendiri yang sangat menarik untuk kemajuan pariwisata Kalimantan Barat.

Jika etnis Dayak memiliki tradisi Pekan Gawai Dayak, Melayu dengan tradisi Makan Saprahan, maka etnis Tionghoa memiliki tradisi merayakan Imlek.

Sejak tahun 1999 pemerintah Indonesia menetapkan tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional. Perayaan tahun baru bagi warga etnis Tionghoa di seluruh dunia ini akan dirayakan pada 16 Februari 2018. Tahun baru Imlek kali ini akan mengawali tahun Anjing Tanah 2569.

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan besar dan penting bagi masyarakat Tionghoa. Perayaan ini di mulai sejak hari pertama di bulan pertama Imlek dan berakhir di hari ke lima belas, biasanya disebut dengan Cap Go Meh.

Kata Imlek sendiri bukanlah nama sebenarnya dari perayaan tahun baru di negeri asalnya Tiongkok. Kata Imlek diambil dari bahasa Hokien, hanya digunakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Di luar negeri, perayaan ini lebih dikenal dengan nama Chinese New Year sedangkan di Tiongkok sendiri adalah Guo Nian atau Xin Jia yang berarti melewati bulan atau bulan baru.

Bagi masyarakat Tionghoa Kalimantan Barat, Imlek harus dirayakan dengan penuh sukacita dan semeriah mungkin. “Konyen” (sebutan perayaan Imlek di masyarakat Tionghoa), merupakan perayaan yang selalu ditunggu oleh teman-teman dari etnis Tionghoa, sama seperti perayaan Natal bagi umat Nasrani dan Idul Fitri bagi umat Muslim.

Ahun, warga Pontianak

“Mulai dari lamanya masa liburan sekolah, naiknya harga bahan-bahan pangan, kesibukan membuat kue, hingga toko dan perkantoran swasta yang semuanya tutup tidak hanya pada hari perayaan Imlek, tetapi bisa sampai tiga bahkan lima hari setelah Imlek baru dibuka kembali,” tutur Ahun, masyarakat Tionghoa, warga Siantan Permai di jalan 28 Oktober Pontianak.

Photo by Tanjung Pura Times

Perayaan Imlek merupakan perayaan yang sudah benar-benar mengakar dan sangat berkesan bagi mereka yang merayakannya. Di Pontianak, Sungai Pinyuh, dan Singkawang dimana masyarakat etnis Tionghoa banyak bermukim, meriahnya perayaan Imlek akan sama dengan kemeriahan perayaan Natal dan Idul Fitri. Menjelang perayaan Imlek, sepanjang jalan Gajahmada, Diponegoro, dan Tanjung Pura  yang merupakan pusat perekonomian Kota Pontianak mulai dipenuhi oleh hiasan lampion, poster dan banner bertuliskan Gong Xi Fa Chai yang mempunyai arti salam bahagia agar makmur bersama, dan Sin Cia Ju Ie yang berarti keluarga baru yang sehat, sentosa sesuai rencana.

Leave a Reply

Your email address will not be published.