Rumah Betang Raya Dori Mpulor
Keberadaan rumah betang saat ini bukan hanya sekedar sebagai tempat tinggal atau tempat pelaksanaan upacara adat saja, tetapi lebih dari itu rumah betang dibangun sebagai sebuah media untuk menumbuhkan kembali semangat persatuan, pusat budaya, simbol kebesaran, dan kejayaan suku Dayak.
Setelah dimusnahkan secara paksa pada jaman penjajahan hingga awal masa kemerdekaan silam oleh pihak pemerintah di masa lalu, dengan alasan rumah betang tidak sehat sebagai tempat tinggal, yang mengakibatkan masyarakat Dayak tidak hanya kehilangan tempat untuk tinggal melainkan juga turut kehilangan semangat dari rumah betang yaitu kebersamaan, persatuan, kekeluargaan dan gotong royong.
Padahal, semangat rumah betang inilah yang menjadikan masyarakat Dayak dapat hidup rukun dengan damai, dan mampu mempertahankan diri dari segala bentuk ancaman dari binatang-binatang buas maupun ancaman dari kelompok lain saat jaman ngayau (mencari kepala manusia sesama suku Dayak).
Dengan latar belakang ingin membangkitkan kembali semangat dari rumah betang dan sebagai upaya melestarikan budaya yang diwariskan dari para leluhur, maka Dewan Adat Dayak Sanggau bersama masyarakat Dayak se Kabupaten Sanggau bergotong royong membangun rumah betang dengan didukung oleh Pemerintah Kabupaten Sanggau dan Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat.
Kabupaten Sanggau merupakan salah satu Daerah Tingkat II dan berada dibagian utara dari Propinsi Kalimantan Barat, dengan luas daerah mencapai 12.857,70 kilometer persegi, yang mencakup 15 Kecamatan.
Berdiri disisi jalan raya nasional di Dusun Sungai Mawang, Sanggau, rumah adat kebanggaan masyarakat Dayak Sanggau ini diberi nama Rumah Betang Dori Mpulor. Diresmikan tahun 2012 silam oleh Gubernur Kalimantan Barat, Drs. Cornelis M.H, rumah betang ini berdiri diatas lahan seluas 7 hektar dengan bentuk bangunan memanjang, memiliki 16 pintu atau bilik yang mencerminkan sub-sub suku Dayak yang ada di Kabupaten Sanggau.
Tarian multi etnis di Pekan Gawai Dayak Sanggau
Pembangunan rumah betang tidak boleh menyimpang atau berbeda dari bentuk dasar aslinya, ada beberapa bagian-bagian yang unik dan menjadi ciri khas dari suku Dayak Sanggau, yang tidak sama dengan bentuk bangunan lain pada umumnya.
Seperti tiang penyangga yang besar dan tinggi. tujuannya agar dapat menghindar segala bentuk ancaman dari binatang buas ataupun ancaman dari kelompok lain dimasa lalu.
Tangga untuk naik kerumah betang dibuat hanya pada tiga tempat dan harus dapat ditarik atau dibalik jika diperlukan, bertujuan supaya musuh atau binatang buas tidak dapat naik dengan mudah ke bangunan utama.
Pontat’n adalah tempat untuk menjemur padi atau barang lainnya agar terhindar dari gangguan hewan ternak.
Sidok, bagian bangunan yang dibuat untuk menempatkan alat pengolah padi seperti lesung dan alu. Sidok ini sekaligus juga dijadikan jalan umum di bangunan rumah betang.
Balai-balai atau sawah, bangunan bagian dalam yang terletak diantara sidok dan pontat’n, dibuat sebagai tempat berkumpul masyarakat, terutama kaum lelaki pada waktu malam. Ditempat ini terdapat pula Pinai, yaitu tempat tidur dari kayu sebagai tempat istirahat bagi kaum lelaki yang belum menikah.
Bilik atau lawang adalah bangunan bagian dalam untuk masing-masing keluarga yang dibuat untuk keperluan ruang tidur, dapur.
Songkumat’n yaitu bagian dari atap rumah yang dibuat agar dapat dibuka dan ditutup seperti jendela, dengan tujuan agar bagian dalam ruangan tidak gelap.
Menyumpit, permainan tradisional Dayak
Silat Dayak turut memeriahkan Pekan Gawai Dayak Sanggau
Rumah Betang Raya Dori Mpulor tidak dijadikan sebagai tempat tinggal masyarakat, melainkan hanya digunakan sebagai tempat upacara dan kegiatan-kegiatan adat saja, seperti Pekan Gawai Dayak Nosu Minu Podi tingkat Kabupaten Sanggau yang diadakan sekali setiap tahunnya setelah masa panen padi, dan diikuti oleh masyarakat Dayak dari tiap-tiap kecamatan yang ada di Sanggau.