Masa muda Masa yang paling indah. Saat jiwa bergelora, ingin mengaktualisasi diri. Dan wadah organisasi seperti Dango Khatulistiwa, organisasi orang muda, mahasiswa-mahasiswi berdarah Dayak di Jakarta asal Kalimantan Barat,terbukti mampu menjadi ajang untuk memotivasi dan mengembangkan potensi-potensi kreatif anggotanya dalam bakat seni dan budaya.
VIDEO: Begini Rupanya Jika Mahasiswa Gawai di Jakarta
Minggu 10 November 2019, Dango Khatulistiwa ini baru menggelar acara Gawai Dayak Jakarta 2019, di Anjungan Kalimantan Barat. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Ketua Umum Dango Khatulistiwa,Ledi Wardi S.Kom menginformasikan bahwa Gawai Dayak tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika GDJ 2018 menampilkan adat dan seni budaya Dayak dari Kabupaten Landak saja, maka GDJ 2019 tampil dengan konsep keberagaman, menampilkan adat dan seni budaya dari 12 kabupaten dari 14 kabupaten’kota yang ada di Kalbar.
VIDEO: Ajari Petani Dayak Berladang Tanpa Harus Bakar Lahan
Ketua panitia Gawai Dayak Jakarta 2019 ini dipercayakan kepada Buyung Suhendri, pemuda Dayak dari Kabupaten Melawi, sektor Timur Kalbar.
Silih berganti para orang muda Dayak menampilkan bakat seni mereka, pada acara yang berlangsung dari pukul 10 pagi hingga 9 malam itu. Sebelumnya, panitia Gawai Dayak Jakarta memberi kesempatan beberapa tokoh Dayak yang hadir, untuk menyampaikan kata sambutan.

Seperti ketua Umum FIDN (Forum Intelektual Dayak Nasional) DR Yovinus, Angeline Fremalco SH,anggota DPRD Provinsi Kalbar, Krisantus Kurniawan MSI , anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, dan Maria Goreti MSi, anggota DPD RI 4 periode yang sekaligus menejadi Dewan penasihat Dango Khatulistiwa.
Angeline khusus datang dari Pontianak, mewakili Ketua MADN (Majelis Adat Dayak Nasional), DRs Cornelis MH yang berhalangan hadir.

“Saya sebagai pengurus Dewan Adat Dayak, menyampaikan permohonan maaf dari Ketua MADN kalem tidak bisa hadir. Beliau sedang menjalankan tugas sebagai anggota DPR RI di Palu,Sulawesi,”ujar Angeline, di atas panggung.
Angeline putri kedua dari Cornelis, Gubernur Kalbar dua periode (2008-2018), kemudian membuka acara Gawai Dayak Jakarta 2019 ini dengan memukul gong.
Sementara, Maria Goretti, senator Dayak yang memasuki periode ke-4 , duduk di Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) mengatakan, pesta gawai panen padi selalu dilaksanakan di kalengan masyarakat Dayak di Kalimanta Barat.

“Nah, di Jakarta ini kan warga Dayak tidak berladang atau memanen padi, mengapa ada pesta Gawai? Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat Dayak tidak melupakan budaya mereka sebagai masyarakat agraris. Bersyukur atas panen yang didapat, bersyukur atas rezeki yang diperoleh sepanjang tahun ini,”ujar Maria Goretti.
Hari kian menjelang siang. Maka, diiringi petikan alat musik Sape dari seniman Dayak di Jakarta bernama Daniang, para tetamu kemudian dipuaskan matanya dengan melihat-lihat berbagai perak-pernik busana dan aksesoris suku bangsa Dayak, yang dipamerkan di pelataran lantai dasar Rumah Betang, di Anjungan Kalbar itu. Para mahasiswa maupun anggota keluarganya di Jakarta, mendapat kesempatan membuka berbagai stand di sana.
Pengunjung Gawai juga berkesempatan mencicipi makan siang dengan menu khas Dayak. Seperti lemang, daun ubi tumbuk dan daging babi yang dimasak dengan aneka rempah-rempah Kalimantan.

Krisantus Kurniawan, anggota DPR RI tampak lahap mencicipi makanan khas Dayak itu di salah satu stand.
“Baru 40 hari bertugas di Jakarta, saya sudah rindu masakan kampung halaman,”ujar Krisantus.
Sementara Angeline dan Maria Goretti asyik mencoba minuman yang diramu dari kayu Bajakah, obat anti kanker yang baru ditemukan siswa SMA di Palangkaraya, Kalimantan Tengah itu. Stand milik Lili Lindawati dan Sukardi M.Th, ketua FIDN Jakarta itu, ramai dikunjungi undangan yang penasaran dengan khasiat Bajakah. <<
