Dayak Tiga Negara Bersatu (3)

Oleh : Lumbis / Christina LomonLyons –

Dayak Tak Sekadar Penonton

Secara budaya, masyarakat Dayak memiliki peluang  yang menguntungkan oleh fakta, bahwa Borneo dibagi menjadi 3 negara yang berbeda.

Fakta ini menjadi peluang untuk melakukan hubungan bisnis ekspor-impor dan investasi, baik pada sektor perhotelan, transportasi (memanfaatkan Van Borneo), perkebunan dan pariwisata. Pada gilirannya, hal ini dapat menjadi pemacu berputarnya ekonomi secara regional, pada masing-masing negara, khususnya dikawasan Borneo.

Ide dan gagasan ini mendapat respon positif oleh BDF Internasional, terutama menjadi catatan khusus Sekretaris Jenderal Borneo Dayak Forum International Agustinus Clarus yang juga dikenal sebagai salah satu pemikir Dayak Asal Kalimantan Barat, dan Presiden BDF International Dr. Jefrry Ketingan, serta para pengurus teras Borneo Dayak Forum International untuk dipertimbangkan menjadi agenda BDF International  tahun 2019.
Saat ini memang sudah ada platform bisnis, meski belum terkoneksi dengan baik, misalnya pada bidang pariwisata dan ekspor-impor. Diharapkan dengan terjalinnya hubungan baik (saling mengenal), akan berlanjut pada hubungan ekonomi, sehingga bisa menjadi salah satu pelaku bisnis di zaman MEA saat ini, dengan menghormati dan mengikuti perundang-undangan pada masing-masing negara.

Dengan demikian, pada era MEA ini kaum muda Dayak tak sekadar menjadi penonton,menyaksikan hiruk pikuk ekonomi di Kawasan Borneo.  Apalagi pada era Nawacita saat ini, akan dibuka beberapa pintu perputaran ekonomi secara Internasional (PLBN), mulai dari Entikong, Kalimantan Barat hingga Kalimantan Utara.

“Oleh karena itu, pemuda-pemuda Dayak harus siap, jika tidak akan good bye dari masyarakat pelaku ekonomi lainnya,” ujar Lumbis yang juga Wakil Ketua Umum Dewan Adat Dayak Kalimantan Utara.

Pemuda Dayak Agabag ini bangga memperkenalkan tentang budaya, adat istiadat dan wilayah penyebaran Dayak Agabag di Kalimantan Utara itu.

“Syukur banyak yang merencanakan untuk berkunjung melihat langsung salah satu Suku yang secara linguistik (bahasa) memiliki bahasa yang sama dengan saudara-saudara Murut di Sabah,”ungkap Lumbis.

Lumbis juga menegaskan bahwa untuk sebuah peradaban masa depan Dayak, maka jangan persoalkan perbedaan partai, maupun perbedaan agama.

“Karena kita di Borneo Dayak Forum International ini kenyataannya sudah berbeda negara. Maka mari kita bersatu dan saling mengenal, di antara kita penduduk Borneo,” ucap Lumbis seraya mengucap semboyan Dayak Borneo,
Adil Ka’Tino, Ba’Curamin, Ka’Saruga Ba’Sengat, Ka’Jubata!…
Harus!….harus!….harus!…

Leave a Reply

Your email address will not be published.