Desa Pengadang, berada sekitar 5 kilometer dari Kota Balai Karangan ibu kota Kecamatan Sekayam Kalimantan Barat. Di desa yang berada di pinggiran sungai Sekayam ini terdapat sebuah bangunan cagar budaya peninggalan sejarah dari keberadaan Suku Dayak Paus, bangunan tersebut dinamakan Panca Puntu Mang Pihit.
Sungai Sekayam
Panca dalam bahasa Dayak Paus berarti Balai, yaitu tempat menyimpan benda-benda sakral yang dikeramatkan oleh suku ini. Sementara Puntu Mang Pihit menurut sejarahnya adalah nenek moyang suku Dayak Paus. (Baca : Puntu Mang Pihit, Pejuang Suku Dayak Paus).
Dimasa lalu, saat Indonesia masih di kuasai kaum penjajah, suku Dayak yang merupakan penduduk asli pulau Borneo, mengenal adanya sebuah tradisi Ngayau, yang berarti memenggal kepala.
Saat itu barang siapa yang kalah dalam berperang, kepalanya akan dipenggal dan disimpan. Namun tidak semua kepala yang dipenggal tersebut akan disimpan, hanya kepala orang-orang sakti atau pemimpinnya saja yang disimpan
“Panca Puntu Mang Pihit adalah tempat menyimpan tengkorak kepala manusia dari sebuah tradisi Ngayau, selain itu tersimpan juga tanduk rusa, tempayan, tombak, gong, serta benda peninggalan lainnya dari leluhur suku Dayak Paus,” cerita F. Tapa, juru pelihara Panca.
benda-benda di dalam rumah Panca
Christina dan Pak Topik, warga Pengadang
Panca bagi masyarakat Dayak Paus diyakini sebagai tempat yang sangat sakral, karena dapat melindungi kampung dan masyarakatnya dari berbagai macam kejahatan. Tidak diketahui secara pasti tahun dari pendirian panca ini, bangunan yang aslinya berbentuk rumah panggung hanya 1 lantai.
Bangunan Panca yang sekarang telah mengalami 5 kali renovasi, di tahun 2004 terjadi perubahan secara menyeluruh termasuk penambahan pagar sekeliling bangunan dan lantai dasar yang dibeton dan lantainya dipasang keramik, berdesain rumah panggung terdiri dari 2 lantai.
“Peruntukan rumah ini dari awal tidak berubah yakni sebagai tempat menyimpan benda-benda yang dikeramatkan oleh warga dan juga sebagai bukti dari peristiwa Ngayau yang dilakukan oleh suku Dayak Paus,” ujar Senaman, tokoh masyarakat Desa Pengadang.
Bagi yang meyakini, Panca akan dikunjungi untuk menyampaikan niat dan cita-cita, agar niat yang diinginkan pengunjung dapat diterima oleh leluhur Dayak Paus.
Biasanya kepada pendatang yang mengunjungi rumah Panca akan disuruh untuk memeluk tiang utama dari bangunan yang terletak dilantai dasar, disebut Bujang Swandang, yang dimaksudkan untuk mengukur niat dan keteguhan hati dari putra dan putri Dayak dalam mewujudkan cita-citanya nanti.
Bangunan Panca Puntu Mang Pihit ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
Bagian Bawah adalah pondasi dari bangunan yang berbentuk rumah panggung, yang berdiri dengan ditopang oleh tiang utama, tiang penyangga dan tiang pengunci. Tiang utama yang disebut Bujang Swandang terletak ditengah-tengah bangunan yang memanjang dari bagian bawah hingga ke lantai dua bangunan. Bujang Swandang merupakan tiang bangunan asli dari awal pendirian rumah panca ini, terbuat dari sebatang kayu belian atau ulin yang utuh, tinggi kayu mencapai 7,22 meter dengan diameter 53 centimeter, tiang ini sudah dicat berwarna hitam, namun pada bagian atas tiang dilantai 2 tidak dilakukan pengecatan dan masih mempertahankan warna asli kayu. Tiang penyangga berjumlah 8 buah, terletak pada setiap sisi dan sudut bangunan, ukuran tinggi tiang dari lantai dasar hingga ke lantai satu yakni 5,86 meter, sedang lebar dan tebal masing-masing 15 centimeter.
Bagian Tengah yang merupakan ruang dari bangunan, bagian ini terbagi menjadi 2 ruangan. Ruang pertama di lantai 1 yang merupakan ruang terbuka tanpa dinding dan hanya dibatasi oleh pagar kayu di setiap sisinya, ruang ini digunakan sebagai tempat penyimpanan peralatan seperti gendang yang terbuat dari kayu utuh, yang biasa digunakan dalam upacara adat. Ruang kedua di lantai 2, berupa ruang berdinding pada setiap sisinya, tidak terdapat sekat dalam ruang tersebut, dilengkapi dua jendela, ruang ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda dari peristiwa tradisi Ngayau suku Dayak Paus dimasa lalu, antara lain tengkorak, guna betangkap, tanduk rusa, gong, patung, tombak, tempayan dan beberapa benda lainnya.
Bagian Atas yaitu atap dari bangunan, bagian ini menyerupai bentuk pelana kuda, di kedua sisi ujung atap terdapat ukiran burung enggang. Awalnya atap bangunan menggunakan bahan sirap dari kayu belian, tetapi sekarang sudah diganti menggunakan bahan alumunium yang lebih modern.
Keberadaan dari tiang utama atau yang disebut Bujang Swandang di rumah Panca Puntu Mang Pihit inilah, yang menandakan awal dari pemukiman suku Dayak Paus di desa Pengadang.
Rumah ini memiliki nilai penting karena setiap tahunnya selalu digunakan sebagai tempat upacara adat dan Gawai Panca, yang menandai dimulainya gawai atau pesta panen padi bagi masyarakat suku Dayak Paus. Beragam budaya ditampilkan salah satunya adalah tari-tarian suku Dayak Paus, yang merupakan simbol rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang diberikan oleh Sang Pencipta.