Rencana Ibu Kota Negara (IKN) pindah ke Kalimantan kian membahana. Dan orang Dayak di Kalimantan pun mulai bersiap diri, agar tak terkaget-kaget, agar tak mengalami culture shock, saat pada waktunya nanti menjadi warga Ibu Kota. Beragam acara pun siap digelar di bumi Borneo.

Rencana Ibu Kota Negara (IKN) pindah ke Kalimantan kian membahana. Dan orang Dayak di Kalimantan pun mulai bersiap diri, agar tak terkaget-kaget, agar tak mengalami culture shock, saat pada waktunya nanti menjadi warga Ibu Kota. Beragam acara pun siap digelar di bumi Borneo.
Sepanjang Juli hingga Agustus ini saja, tercatat ada 3 acara penting yang akan dilaksanakan di Kalimantan Tengah, sebagai salah satu tempat yang menjadi kandidat IKN. Pada 22-24 Juli 2019, akan diselenggrakan Seminar Internasional dan Ekspedisi Napak Tilas Damai Tumbang Anoi 1894, di Cagar Budaya Rumah Betang Damang Batu, desa Tumbang Anoi, kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Kegiatan selanjutnya, pada 31 Juli – 1 Agustus 2019, akan digelar seminar nasional bertema ‘Prospek Pengembangan dan Penigkatan Pemanfaataan Gas Bumi’ di Palangka Raya. Penyelenggara seminar adalah Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas bersama Universitas Palangka Raya.
DuaMinggu kemudian, 15 – 19 Agustus 2019, Pemerintah Daerah Kalteng pun akan menyelenggrakan Gebyar Budaya Dayak Internasional dengan tema Gebyar Budaya 1000 Kecapi se-Borneo.
Dan pada 23 Agustus 2019, akan digelar Seminar Nasional dan Rapat Kerja Nasional Forum Intelektual Dayak Nasional (FIDN) di Jakarta. Seminar Nasional bertema Peran Intelektual Dayak dalam Pembangunan Nasional dan Rakernas ini akan diselenggarakan di Balai Komando, Jalan RA Fadillah Cijantung, Jakarta Timur.
“Bukan sekadar kebetulan, tetapi memang rencana Tuhan, jika 2 acara di Kalteng ( selain di Tumbang Anoi), dan di Jakarta itu, dipercayakan kepada saya sebagai Ketua Panitia penyelenggara,” ujar DR Andrie Elia Embang, Rektor UPR.
Kepala BPH Migas RI Dr M Fanshurullah, menyampaikan langsung pada Rektor UPR ini, saat bertemu dalam kegiatan FGD Pemenuhan Kebutuhan Energi di Kalimantan dalam Rangka Pemindahan Ibu Kota RI, di Grand City, Jakarta awal Juli lalu.
Dr Andrie Elia Embang yang juga Ketua Harian Dewan Adat Dayak Kalteng ini kemudian bersinergi dengan Gubernur Kalimantan Tengah, H. Sugianto Sabran, menggelar seabrek kegiatan demi menyiapkan diri menjadi Ibu Kota Negara yang baru.
“Seminar 31 Juli – 1 Agustus dengan peserta sekitar 500 orang yakni dari BPH Migas, Komisi VII DPR RI, para gubernur se-Kalimantan, para bupati se-Kalimantan, perguruan tinggi, kaum intelektual dan tokoh masyarakat se-Kalimantan,”ujar Ketua DPD FIDN Kalteng ini.
Siap Bersaing Dengan Para ‘LABO PONIK’
Sementara, untuk Seminar Nasional dan Rakernas di Balai Komando Cijantung, insan FIDN pun mempersiapkan diri dengan menggelar rapat Panitia Nasional pada Sabtu 13 Juli 2019 di Hotel Neo Tendean, Jakarta Selatan. Hadir dalam rapat besar itu, pengurus FIDN Jakarta, dan FIDN di Kalimantan.
Seorang tokoh Dayak dari Kalteng, Martin menyatakan harapannya agar masalah Hukum Nasional dan Adat Istiadat menjadi perhatian serius. Juga peningkatan Sumber Daya Manusia Dayak.
“Ada 14 kab/kota di Kalteng. Dan ada 7 orang suku Batak yang menjadi Kapolres. Hal ini karena SDM kita yang tak diolah, sehingga sulit untuk bersaing dengan pendatang. Juga di dunia usaha, taka da pengusaha kita yang dikenal di kancah nasional. Mari adakan pertemuan saudagar-saudagar Dayak, supaya kita sama dengan orang Bugis, Padang, bahwa kita juga bisa berusaha di kampung kita sendiri,”ujar Martin.
Fenomena tanah di Kalimantan dikuasai suku pendatang, sudahlama terjadi. Jangankan menjadi pejabat negara, ladang bisnis pun jarang bisa dikuasai orang Dayak. Di perbatasan Sarawak dengan Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dikenal istilah ‘Labo Ponik’, para pendatang yang semakin mencengkeram, menguasai tanah/tembawang Dayak.
Dan Seminar Nasional yang akan digelar FIDN, 23 Agustus 2019 mendatang, harus menjawab semua tantangan ini. Ibu Kota di Kalimantan, dan orang Dayak dapat, diberi kesempatan yang bersaing sportif sama dengan para ‘Labo Ponik’. <<
Sorotan dari pertemuan FIDN pada 13 Juli
DR Andrie Elia Embang, Rektor UPR berpidato penuh