Roh, Tuak dan Pantakng, Menghayati Kekatolikan dalam Budaya Dayak

Persaudaraan Devosi Maria menyelenggarakan Devosi dan Novena Besar Bunda Maria 2018, pada 11 Mei sampai 19 Mei 2018, di Menara Mandiri, Jakarta, dengan tema “Maria Bunda Segala Suku” Menghayati Kekatolikan dalam Budaya Indonesia.

Devosi dan novena dilangsungkan oleh berbagai macam suku  di Indonesia , dengan tema yang merujuk pada tema Tahun Pelayanan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) 2018. Ada delapan suku yang tampil secara bergiliran setiap malamnya selama 9 hari itu. Hari pertama di awali dengan budaya Indonesia. Berturut-berturut berikutnya giliran budaya Tionghoa, Jawa, Dayak, Flores , Kawanua , Toraja , Betawi dan Batak.

Pada hari ke empat,Senin 14/5, Keluarga Katolik Kalimantan Barat Jakarta (K3BJ), mengisi acara dengan tema  Menghayati Kekatolikan dalam Budaya Dayak.

Devosi  yang dilangsungkan dalam tema adat dayak ini berlangsung hikmad,  meriah dan menarik karena diselingi dengan tarian Dayak. Membuat mata undangan dari berbagai suku yang hadir malam itu, selalu tertuju untuk menyaksikan gerakan-gerakan tarian yang sangat indah, yang dipersembahkan oleh para penari diiringi musik khas adat dayak.

Ilmu Gaib Dayak

Acara Devosi dan Novena Besar Bunda Maria 2018 diawali dengan Doa Rosario, kemudian Talk Show, Pujian, Ekaristis dan ditutup Novena.

Talk show dipandu Didi Christophe , dengan pembicara rohaniwan Pastor Gabriel Marcel,OFM.Cap dan Drs Michael Oendeon sebagai pembicara awam,  sekaligus ketua K3BJ (Keluarga Katolik Kalimantan Barat Jakarta).

Acara talk show membahas tentang bagaimana umat katolik di dalam budaya adat Dayak. Suku Dayak Kalimantan selama ini disebut-sebut dekat dengan “ilmu gaib”. Di balik itu semua, suku Dayak sangat menjaga tradisi adat budaya,  juga sangat menjaga kekayaan alamnya. Selain itu dikenal sebagai suku yang  mau bersahabat baik dengan suku lain.

Romo Gabriel Marcel, kelahiran Desa Semayong, Kec. Kembayan, Kabupaten Sanggau  juga menceritakan bahwa ia berasal dari keluarga yang mempunyai ilmu ghaib atau yang disebut dukun, Ayahnya sempat keberatan ketika Gabriel menyatakan ingin menjadi Imam Katolik.  Namun sang Ibu memberi restu. Masyarakat Daya menganut kesetaraan gender. Karena kuatnya keyakinan,  ia tidak  putus asa, dan akhirnya cita- dikabulkan Tuhan, ia  menjadi seorang Pastor.

Ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa,Tuhan selalu  campur tangan untuk orang yang berkeyakinan kuat untuk menggapai sesuatu yang baik seperti cita-cita Romo Gabriel Marcel.

Gabriel Marcel mengungkap tentang adanya persamaan suku Dayak dan Katolik, sehingga tak heran jika masyarakat Dayak di Kalimantan banyak menganut agama Katolik.

Sebagai contoh air anggur di kalangan masyarakat Yahudi  dan tuak Dayak. Tradisi anggur dan tuak ini,  menjadi simbol pemersatu dalam berbagai acara adat dan pesta   perkawinan.Ada pula budaya mengunjungi “Pantakng” patung tokoh atau nenek moyang suku Dayak. Mirip dengan Katolik yang banyak mengoleksi patung sebagai simbol keagamaan. Adat Dayak memanggil roh ‘Tariu” pun, membuat Dayak semakin merasa dekat dengan Roh Kudus, dalam agama Katolik.

Leave a Reply

Your email address will not be published.