Musisi dan vokalis dari Tanah Dayak, terus berkreasi. Di antaranya, Two Queens of Borneo, duet penyanyi kelahiran Kalimantan Timur asal sub suku Dayak Benuaq.
Kedua ibu muda cantik ini, turut berkiprah di panggung seni Napak Tilas Perdamaian di Tumbang Anoi Juli 2019. Keduanya mengusung lagu berjudul Perdamaian Tumbang Anoi 1894.
Terciptanya lagu karya Thresia ini, terinspirasi dari kecintaannya sebagai seorang putri Dayak yang menginginkan bangsa Dayak bersatu, dalam memelihara perdamaian antar sesama.
Duet Thresia dan Frades, selain menghasilkan karya musik, keduanya juga dikenal sebagai aktivis wanita Dayak di pulau Borneo.
Seperti Thresia Hosana Sumual, SH, MH, yang kesehariannya berprofesi sebagai Lawyer, juga aktif diberbagai organisasi seperti di Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) sebagai Sekretaris Jenderal Deputi Kalimantan Timur, Forum Intelektual Dayak Nasional (FIDN) menjabat Sekretaris Jenderal, Ketua Umum di Perhimpunan Keluarga Besar Suku Kalimantan, Persekutuan Dayak Kalimantan Timur, Sempekat Tonyooi Benuaq Kalimantan Timur.
Selain aktif diberbagai organisasi, Thresia juga menyimpan bakat dibidang seni seperti menulis cerpen, lagu dan sebagai pelaku budaya.
Sementara Frades Xinda Deisylina Eri, ST, S. Th, M. Div, aktif sebagai Ketua Umum Laskar Bunga Pertiwi, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dibidang budaya dan sosial.
“Pada saat Perdamaian Tumbang Anoi tahun 1894, Raja kami dari Dayak Benuaq ikut hadir. Puji Tuhan saat peringatan 120 tahun peristiwa tersebut di tahun 2014 yang lalu, saya sebagai turunan Raja Benuaq dipercaya menandatangani deklarasi mewakili generasi masa depan, ” ujar Thresia. <<