Amji Atak Series: Episode 12
See all: Amji Atak Episodes
Aipda Amji Attak, pahlawan dari Kesatuan Brimob Polri, gugur dalam Operasi Dwikora, ketika berperang melawan armada kapal Angkatan Laut Malaysia dan pasukan SAS Inggris pada 1965.
Amji masih lajang hingga tutup usia. Namun ia memiliki 41 orang keponakan dari 7 saudara kandungnya. Salah satunya, Subianto, putra dari Darmawi Atak, adik Amji paling bungsu.

“Semasa hidupnya, Bapak (Darmawi) pernah cerita jika paman Amji pernah bertugas di Ngabang. Bapak saya tinggal bersama paman Amji saat bertugas di Ngabang ini,” ujar Subianto S.Sos yang meneruskan karier pamannya, sebagai anggota kepolisian.
Saat ini ia bertugas di Polres Mempawah, Kalimantan Barat.

Dulu Ngabang masih satu kabupaten dengan Anjongan, Kabupaten Pontianak dengan Ibu kota Mempawah. Kini Ngabang menjadi Ibu kota Landak, pemekaran dari kabupaten Pontianak.
Darmawi dibiayai pendidikannya oleh sang Abang, polisi Amji. Setelah tamat di SGB di Mempawah, Darmawi mengabdi menjadi guru di Sekolah Dasar Negeri I Anjongan. Karier Darmawi menanjak dengan menjadi Kepala Desa di Kepayang selama 16 tahun (1980 – 1996).
Kenangan akan Sang Paman
Anjongan dianugerahi tanah yang subur. Seperti kebanyakan penduduk Anjongan lainnya pada tahun 60-an, Darmawi dan saudara-saudara kandung Aji lainnya juga bertani, berkebun, dan menoreh getah. Waktu itu belum tren bertanam kelapa sawit. Juga berternak kambing, bebek, ayam, ikan, babi dan hewan ternak lainnya,

Abang sulung Amji, Endah Atak, tercatat pernah menjadi Camat di Anjongan. Saudara-saudaranya yang lain, ada yang menjadi guru, ada yang menjadi Tumenggung Adat Dayak.
Jika sedang libur atau cuti kerja, Amji sering pulang ke kampung halamannya, dusun Kepayang. Namun ia kerap singgah di desa Ambawang, dulu kab. Pontianak, kampung halaman Ibundanya, Ipah.Terutama jika sedang musim buah Durian. Buah berduri yag memiliki aroma khas ini, memang tumbuh subur di hutan-hutan Kalimantan.

Di mata para keponakannya, Amji Attak, sosok yang ramah, murah senyum. Rambutnya ikal keriting, berkumis tebal, ganteng pokoknya.
“Banyak yang mengira, Amji Attak, orang Ambon,”ujar Sudarti, keponakan Amji, putri dari Alberta Ca’ang, kakak kandung Amji.
Saat Amji cuti pulang kampung itu, Sudarti, siswi SMP kelas 1 di Anjongan.

“Paman Amji itu orangnya baik. Beliau dulu itu pernah bilang akan membawa saya ke Jakarta, setelah dia menikah nanti,” Sudarti melanjutkan ceritanya.
Sementara Hosni Asnata, keponakan Amji dari Alberta Ca’ang, juga bercerita ia baru naik kelas 6 SD, ketika pamannya Amji Attak pulang cuti ke Anjongan pada tahun 1964 itu. Usai Amji mengikuti Operasi Trikora di Irian Barat.

“Amji pulang kampung bersama seorang rekannya, seorang pria , seperti dari Maluku Indonesia timur. Tapi kami lupa namanya. Saat itu paman Amji memeluk saya erat, lalu memangku saya. Beliau bilang, kamu sekolah yang benar ya,” kenang Hosni yang kini berkarier sebagai guru Sekolah Dasar di Anjongan.
Keponakan Amji, beberapa menjadi prajurit TNI AD dan Kepolisian. Sepupunya dari Wek Utet, kakak Amji nomor 4, bernama Nurdin ,saat ini bertugas sebagai Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) di Anjongan, dengan pangkat Sersan Mayor. Cucu dari Alberta Ca’ang, Fabianus Totok juga seorang TNI AD berpangkat Sersan Satu.

Amji sudah menginjak usia 31 tahun saat pulang cuti ke kampung halaman. Ia juga membawa misi, segera meminang gadis Dayak, adik kelasnya dulu saat bersekolah di Mempawah. Niatnya itu ia sampaikan pada orang tuanya, untuk meminang sang gadis pujaan hati.
Namun apa mau dikata, ternyata Amji dan si gadis pujaannya ini masih ada pertalian hubungan darah.
“Jadi pihak keluarga sama-sama tahu diri, takut degan hukum adat. Salah satu paman kita kan Tumenggung Adat,”ujar Hosni.
Selain faktor masih ada hubungan darah ini, orang tua si gadis juga kuatir jika putrinya menikah dengan seorang prajurit ABRI.
“Orangtuanya takut anaknya akan sering ditinggal jika bersuami seorang ABRI,”tukas Hosni.
Konon kabarnya, gadis pujaan Amji itu bernama Sa’inah.
“Ayah saya, Amran Salim yang tadinya menjodohkan paman Amji dengan Sa’inah ini,”timpal Arsani.
Gadis Sa’inah, kabarnya kemudian dipinang pemuda bernama Rahmad Sahudin, saat itu Anggota DPRD tingkat 1 provinsi Kalimantan Barat.
“Saya tahu cerita ini, dari Ibu Aminah, ibu tiri saya itu adalah kakak dari Sa’inah ini,”tutur Arsani. <<