Selain harus berbadan sehat dan kuat, para Ranger wajib memenuhi syarat yaitu sukarela, betul-betul sudi berkorban segala-galanya demi kepentingan negara. Maka itu, seorang Ranger diutamakan yang masih lajang. Dan semua syarat itu telah dipenuhi oleh seorang Amji Attak.
Ranger di Kepolisian Republik Indonesia diawali dengan berdirinya SPMB ( Sekolah Pendidikan Mobile Brigade) di Porong, 10 Juni 1954 di Porong, Watukosek, Jawa Timur.
Kapolri pertama Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo , kemudian memerintahkan Kepala SPMB membentuk satuan khusus sAnggota Mobrig dalam bentuk kecil, namun berkualitas tinggi. Mereka menjadi ujung tombak untuk meredam setiap pergolakan dan pemberontakan. Dari berbagai alternatif pilihan bentuk dan nama , maka dipilih nama Ranger untuk satuan khusus itu.
Nama Ranger, terinspirasi dari satuan khusus milik Amerika , U.S Rangers, sebuah unit pasukan elit infanteri ringan yang berafiliasi dengan Angkatan Darat Amerika Serikat selama perang Dunia II, sampai saat ini.

Fenomena pembentukan organisasi pasukan khusus ini dimulai di Inggris. Pasukan khusus merupakan sebuah istilah yang mencakup hampir semua hal mulai dari organisasi, pola perekrutan, pelatihan, kualifikasi dan persenjataan. Di sisi lain, ruang lingkup pasukan ini juga dibedakan dari tentara reguler dan dituntut untuk mampu bergerak dengan cepat, efisien, efektif , tanpa melupakan unsur-unsur kerahasiaan, ketepatan dan keberhasilan.
“Saat masuk pendidikan Ranger, pangkat Amji Attak masih Ajun Brigadir. Saya dan Anton Soedjarwo pangkat Kapten. Dulu pendidikan Ranger itu semua pangkat disatukan. Ada beberapa yang berpangkat Letnan, Ajun Inspektur II, Brigadir dan Ajun Brigadir Polisi. Sebagian besar Tamtama. Jarang yang berpangkat Bintara sampai Perwira,”ungkap Inspektur Jenderal Pol Purn. Soetrisno Ilham, ketika diwawancarai di rumahnya di Kavling Polri, Jagakarsa, Cilandak, Jakarta Selatan.

Jenderal S Ilham terkenang, Watukosek tempat mereka mendapat pendiddikan Ranger dulunya adalah hutan pepohonan Jambu Mete. Sekarang di Watukosek sudah ada helipad. “Dulu tempat kita latihan itu Kebun Jambu Mete. Kalau dimakan langsung, buat tenggorokan nyesek rasanya, seret, getahnya akan nempel memenuhi bibir,” cerita Ilhham tersenyum, mengenang ia, Amji dan kawan-kawan Ranger angkatan kedua menjalankan pendidikan di SPMB Watukosek, pengujung 1959. Kawah Candradimuka bagi Ranger / Resimen Pelopor.
Pusat Pendidikan (Pusdik) Brimob Mabes Polri di Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur, berlokasi di area seluas 140 hektar. Wilayah ini memiliki beberapa situs bersejarah, peninggalan Raja Airlangga. Sejarah perjuangan prajurit-prajurit Bhayangkara di Watukoosek ini diawali oleh Mpu Sindok, memindahkan pusat pemerintahan kerajaan dari Jawa tengah ke Jawa Timur pada awal abad X.

Dilanjutkan mega sejarah perjuangan kejiwaan Dinasti Rajasa, kemudian Dinasti Wijaya menuju puncak kejayaan dan kemegahan Kerjaaan Majapahit yang terkenal dengan keperkasaa dan kesediaan seorang abdi atau kawulaaradja bernama Gadjah Mada.
Patung Gajahmada berada tepat di Kantor Pusdik Watukosek, di lereng Guung Penanggungan. Di wilayah ini terdapat Partitan Suci atau Sumber Tetek selalu mengeluarkan air, yang dibangun Raja Airlangga. Lokasi ini kerap dikunjungi banyak orang, terutama pada malam Jumat Legi, untuk melakukan ritual di Prasada Silunglung (altar pemujaan), Patapan (tempat bertapa) dan Tirtha Pancuran.
Nama Watukosek diambil dari kata Watu berarti batu, Kosek berarti asah. Batu asli itu kini berada di pemakaman Watukosek. Oleh peduduk sekitar, peninggalan sejarah ini dianggap keramat.
Dari Watukosek inilah lahir para Ranger andalan bangsa yang ikut bertarung dalam menumpas pelaku berbagai peristiwa separatis yang terjadi di tanah air pada tahun 1960-an, seperti ; mengejar Gerombolan DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat, Operasi Penumpasan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatra tahun 1960, Pemberontakan DI/TII Aceh pimpinan Daud Beureuh, Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat, Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII) di Sulawesi Selatan (1962), Pemberontakan Kahar Mudzakkar. Juga Operasi Dwikora, konfrontasi dengan Malaysia yang menamatkan kehidupan salah satu putra terbaik Dayak, Amji Attak.