PAHLAWAN DARI ANJUNGAN KALBAR—G.I.D

Pejuang Dayak Perkasa yang telah mendapatkan lencana “G.I. Dayak”—

Dari penelusuran Tabloid Suara Borneo, diketahui Amji Attak berasal dari kampung Kapayakng, sekitar 20 km dari pasarAnjungan, kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat.

“Pak Amji putra ke-7 dari 8 anak Pak Attak,” ucap Andreas Mitro atau Olon, keponakan Amji  Attak.

Menurut Olon, adik dari Amji Attak  bernama Darmawi Attak, pernah menjadi Kepala Desa di Kepayakng.

“Setelah  paman Amji Attak dikabarkan gugur di medan perang, waktu itu barang-barang Paman di Mako Brimob diikirim ke Kapayakng. Baju-bajunya, ada granat, sangkur dan foto yang dikirim Brimob,”tutur Olon.

Olon bercerita, keluarga pak Attak pernah ke Mako Brimob di Kelapa Dua, Jakarta, ingin mencari tahu tentang Amji Attak, tetapi kurang mendapat sambutan berarti. Bapak hanya diberi uang saku, biaya pulang. Penghargaan atau santunan lain, tidka pernah diberikan,”ujar Olon.

Pasukan Mobrig Ranger

Adalah AKBP (P) R Soenarjo, yang mau  bersaksi tentang sepak terjang Amji Attak di pasukan Ranger Brimob.

“Sepengetahuan saya, Amji Attak adalah Komandan Pleton berpangkat Letnan Dua. Dia dari Sekolah Agen tahun 1958, saat itu sudah masuk Mobrig (Mobil Brigade),” sat ditemui di rumahnya di jalan Kol.Pol Pranoto, Kelapa Dua,Depok, tak jauh dari Ksatrian Amji Attak.

RadenSoenarjo juga termasuk dalam pasukan Mobrig Ranger yang ditugaskan dalam konfrontasi yang dikenal dengan “Ganyang Malaysia”, pada era pemerintahan Presiden Soekarno.

“Saya adalah Ranger gelombang 1. Saat itu ada 129 orang berlayar ke Natuna. Berlayar dari Tanjung Pinang, November 1964. Dua perahu berhasil masuk daratan Malaysia, termasuk saya. Tapi di hutan kami ditangkap Patroli Inggris di Port Sehan. Saya ditawan, setelah disidang di Pengadilan Kuala Lumpur, saya dimasukkan ke penjara di Johor selama 2 tahun 8 bulan,” cerita Soenarjo.

Berapi-api Soenarjo berbagi cerita heroiknya bersama rekan-rekannya dari pasukan Mobrig Ranger saat itu.

“Pasukan diberangkatkan oleh Panglima ABRI Jenderal Ahmad Yani  dari Pulau Berakit, sekarang namanya jadi Batam. Beliau berpesan, jika bertemu tentara dengan bekas cacar air memanjang di lengan, itu tandanya ia orang Indonesia,” kenang Soenarjo.

Kelompok Amji Attak masuk ke Malaysia pada Maret 1965. Dengan 7 perahu, mereka bergerak maju, hingga dihantam dengan berondongan peluru oleh kapal perang Inggris. Dari pasukan Amji Attak ini berhasil lolos dari maut, seorang anggota Mobrig, Rubino.

“Pak Rubino ini sempat jadi pelatih di Sekolah Kepolisian Nasional (SPN) di Megamendung. Bogor. Beliau meninggal dalam usia tua karena stroke,” ujar pria yang masih mengaliri darah biru dari trah ke-14 Kesultanan Amangkurat 1, Yogyakarta.

Soenarjo menuturkan, Mobrig dulu hanya memiliki Kompi 5994. “Maknanya, tahun 59 dengan jumlah kesatuan 94. Dan Amji Attak adalah anggota Kompi 5994,”tegas Soenarjo.

Amji Attak tewas dalam pertempuran di laut. Dalam peristiwa Dwikora itu, Soemarjo ingaty ada 5 perahu dan 1 helikopter hancur, 18 orang prajuti tewas di laut. Mereka dari  Marinir TNI AL, Kopasgat TNI AU dan Menpon Resimen Pelopor Brimob.

“Saat itu TNI AD hanya berjaga di perbatasan Indonesioa, taka da yang menyusup ke Malaysia,”ujar Soenarjo.

Pria kelahiran Juni 1944 ini mengenang bagaimana ia hanya berbalut cawat (celana kolor) saat ditahan tentara Gurkha di hutan. Setelah di penjara, ia baru dikenakan baju tahanan berbentuk baju Koko dan celana putih. Karena ia seorang Muslim yang rajin sholat, maka Soenarjo menjadi tawanan kesayangan kepala sipir penjara yang disebut Tuan Besar.

“Saya jadi OB(Office Boy) istilahnya, di penjara. Nama sandi saya Zakaria. Sedangkan Amji Attak waktu itu nama sandinya Muhammad.”kata Soenarjo yang dipenjara hingga thun 1967.

Masih terkenang pula olehnya , saat bersama tawanan lainnya pulang ke Jakarta, disambut Jenderal Soeharto di pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta. Selaion itu turut menjemput Benny Moerdani, Cokropanolo, Harmoko dan Rujito.

Ksatrian Brimob di Kelapa Dua, diresmikan pada tahun 1966.  Nama Amji Attak diabadikan karena ia paling senior, cikal bakal pelopor Ranger dari kompi Resimen Pelopor.

“Mereka ini pahlawan kita semua. Setelah Dwikora inilah, membuat Malaysia, Singapura dan Brunei merdeka,”ujar Soenarjo yang pernah menjadi anggota Paspampres Presiden Soekarno pada 1963.

Pahlawan Dwikora

Soenarjo mengatakan peserta operasi Dwikora ini berhak mendapat tanda jasa, Satya lencana dan piagam Veteran pembela kemerdekaan. Bagi mereka yang gugur dinyatakan sebagai Pahlawan Kusuma Bangsa. Para pejuang Dwikora yang gugur di luar Sabah dan Serawak ini terdiri dari 78 anggota militer dan 12 sukarelawan sipil di Semenanjung Malaya. Sementara di Singapura 4 anggota militer dan 20 sukarelawan sipil.

“Dari jumlah itu, tidak termasuk yang gugur dari jatuhnya pesawat Hercules C-130 di laut. Dan baru 2 anggota militer yang sudah dipindahkan makamnya di TMP Kalibata,” kata Soenarjo.

Menurut Soenarjo, banyak para ahli waris tidak mendapat tunjangan veteran, karena dinilai memiliki kelemahan administrasi.

“Anggota Brimob masih beruntung dapat penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat. Sementara AU dan KKO malah tidak ada penghargaan,”ungkapnya.

Mewakili  Ikatan Keluarga Ex-Tawanan Pejuang Dwikora, Soenarjo dan kawan-kawan masih terus berjuang mengupayakan kesejahteraan bagi keluarga pahlawan Dwikora dan ex tawanan Dwikora.

“Ada 3 jenis Pejuang Veteran. Pertama , Veteran Pejuang 1945. Kedua, Veteran Pembela Kemerdekaan yaitu Trikoran dan Dwikora. Dan ketiga, Veteran Pembela Perdamaian, yaitu Pejuang Operasi Seroja dan tugas-tugas ke luar negeri. Baru beberapa tahun ini saya dapat tunjangan veteran pembela perdamaian Seroja,”kata Soenarjo.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.