Amji Atak Series: Episode 14
Seorang pria bernama Jules Nussy, berbagi kisah persahabatannya dengan Amji Attak, semasa di Mobrig- Mobile Brigade di Pontianak, Kalimantan Barat.
Dayakdreams.com disambut dengan ramah di rumah Jules yang sangat sederhana. Pada dinding ruang tamu, dipajang sebuah figura bertuliskan ‘Sampai masa tuamu, aku tetap Dia. Dan sampai masa putih rambutmu, Aku menggendong kamu”.
Jules Nussy dan keluarganya tergolong penganut Kristen yang cukup taat.

Tak lama muncul seorang pria lanjut usia. Namun tubuhnya masih tegap gagah, meski rambutnya sudah putih semua di usianya yang sudah 85 tahun, Nussy masih terlihat ganteng. Ditemani istri dna putri kelima mereka, Yulia, Jules berbagi kenangannya tentang Amji Attak.
Jules Nussy, kelahiran Ambon, Maluku 9 Juli 1934. Ia berkenalan dengan Amji ketika sama-sama menjadi ABRIP, berpangkat Tamtama. Sebelum masuk ABRIP, Nussy menamtkan sekolahnya di Ambach Shool (Sekolah Teknik Pertama) milik Belanda di Ambon.
See all: Amji Atak Episodes
“Pada masa itu, banyak gerombolan pengacau di Indonesia,”ujar Nussy menyebut alasannya masuk menjadi ABRI.
Pada masa pemeritahan Soekarno hingga Orde Baru, Polri dan TNI digabung dalam kesatuan ABRI. Dengan jatuhnya pemerintahan Orde Baru, berganti dengan pemeritahan Reformasi pimpinan Presiden BJ Habibie, muncul perdeatan di sekitar presiden yang menginginkan pemisahan Polri dan ABRI. Hal itu kemudian direalisasikan Presiden BJ Habibie, melalui instruksi No 2 Tahun 1999, yang menyatakan Polri dipisahkan dari ABRI.

Jules Bercerita, ia bertemu Amji pada tahu 1954. Bersama anggota Brimob lainnya, mereka mengontrak sebuah rumah di Gag 1001, Sei Bangkong, Pontianak.
“Dulu belum ada asrama Brimob Jadi para anggota banyak tigggal di perkampungan, berbaur dengan masyarakat. Kami berdelapan, ada Yatmo, Parman, Tamat Sajuri, Sayupi, Amji dan dua putra Dayak lainnya bernama Mansyur dan Munau,” cerita Nussy.
Amji juga mengajak seorang keponakannya, tinggal bersama di rumah kontrakan itu. Majid namanya. Menurut Michael Jumat, keponakan Amji yang tinggal di Gang Siaga, depan asrama Brimob Sei Raya Pontianak, Majid ini adalah kerabat Amji. Majid putra tunggal Amin, Camat Anjungan pada masa itu. Ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama di Pontianak, dan dititipkan pada Amji.
Selama tinggal satu kontrakan, Nussy tak pernah melihat ada teman wanita datang bertandang menemui Amji.
“Ia juga tak pernah cerita teng pacar, misalnya. Tidak seperti saya dan teman-teman lain, punya pacar yang kadang-kadang singgah ke rumah kontrakan,” cerita Nussy.
Di mata Nussy, Amji suguh pria baik.
“Amji itu senang diskusi soal kehidupa rohani. Kami satu gereja. Kami sering main gitar, nyanyi ramai-ramai. Seringnya nyanyi lagu-lagu Maluku seperti Sio Hujan Sore Sore, Goro Goro Ne,” kenang Nussy.

Sekitar 2-3 tahun mengontrak rumah di Gang 1001 di Jalan Penjara itu, Amji dan kawan-kawannya pindah ke asrama Brimob Sumitro Kompi 5169, Sei Raya, waktu itu Kabupaten Pontianak.
Nussy kemudian meminang gadis remaja tetangganya di Gang 1001, Geertruida. Gadis manis blasteran Ambon – Belanda – Jawa.
“Kami-kami ini yang menebas rumput untuk bangun Asrama Brimob di Sungai Raya itu tahun 1957. Tapi Amji tak sempat lama tinggal di sana, karena ia berangkat ke Jawa, setelah lulus seleksi Rangers,” kenang Nussy. <<