Menurut sejarah yang diceritakan masyarakat Dayak Paus, jaman dahulu di pedalaman pulau Borneo tepatnya di daerah Perebu, hiduplah seorang lelaki yang gagah perkasa, pemberani, ahli dalam ilmu silat dan sangat sakti.
Puntu Mang Pihit, demikian ia dikenal, isterinya bernama Tap Ya Dinekng. Mereka memiliki delapan anak yakni Kangket, Ranongk, Salep, Dawuk Ma Lapak, Entinga Ma Dagak, Gire Ma Limpik, Kae Ma Lile, Suir Ma Bangau.
Saat itu, pulau Borneo masih di kuasai oleh kaum penjajah dan di dalam suku Dayak sendiri yang terdiri dari berbagai sub-sub suku, mengenal akan adanya suatu tradisi Ngayau yang berarti memenggal kepala.
Sadar akan bahaya dari pihak penjajah dan tradisi Ngayau, Puntu Mang Pihit kemudian mengajarkan ilmu silat pada delapan anaknya sejak kecil, hingga mereka memiliki keahlian dan kesaktian yang sama seperti orang tuanya.
Setelah dewasa anak-anak dari Puntu Mang Pihit mengembara masing-masing mencari daerah untuk tempat tinggal.
Kangket tinggal di Nengeh Tehe sekarang menjadi Balai Karangan III. Ranongk dan Salep menetap di Labak sekarang Dusun Kampuh di Kecamatan Kembayan. Dawuk Ma Lapak dan Entinga Ma Dagak memilih tinggal di Buh Panant sekarang Dusun Paus Kecamatan Sekayam. Gire Ma Limpik menetap di Buh Merinas. Kae Ma Lile pindah ke desa Munyao. Suir Ma Bangau tinggal di daerah Kerambai sekarang Desa Engkahan.
Hingga akhir hayat dari Puntu Mang Pihit, di tempat asalnya di Perebu, ke delapan anak-anaknya mendirikan sebuah balai atau tempat untuk mengenang dan menyimpan barang-barang peninggalan mendiang ayah mereka dari masa penjajahan hingga tradisi Ngayau, dalam bahasa Dayak Paus disebut dengan Panca.
Bertahun-tahun kemudian, keturunan dari Puntu Mang Pihit yang tinggal di dusun Paus yakni Dawuk Ma Lapak dan Entinga Ma Dagak yang masing-masing sudah berumah tangga, memiliki anak-anak bernama Ngada dan Muneh.
“Ngada dan Muneh, adalah cucu dari Puntu Mang Pihit yang menetap di desa Pengadang, berinisiatif memindahkan Panca dari tempat asalnya di Perebu menuju Pengadang,” cerita F. Tapa, juru pelihara Panca.
F. Tapa, juru pelihara rumah Panca
Kini suku Dayak Paus yang sebagian besar bermukim di pinggiran sungai Sekayam di Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau, tersebar di beberapa desa yakni Paus, Kenaman, Lomur I, Lomur II, Pengadang dan Munyao. Masyarakat Dayak Paus meyakini, Puntu Mang Pihit sebagai nenek moyang mereka.