Bagian 1 : Bagian 2 : Bagian 3 :
Senang rasanya hati ini, saat diajak ikut dalam acara bertema Silaturahmi Masyarakat Dayak Nasional dengan Ir H Joko Widodo. Wuih..bakal bertemu Presiden Jokowi. Terbayang di benakku, pria bertubuh kurus, suka mengenakan kemeja berwarna putih, dan suka blusukan ke pelosok Tanah Air itu.
Sabtu 26/1, aku bangun lebih cepat dari biasa. Jam 4 subuh, saat mentari belum terbit di ufuk Timur, aku sudah terjaga. Aku harus menyiapkan makan pagi 3 anjing kesayangan, Chanchan, Hawhaw dan Londy, lebih pagi. Juga menyiapkan sarapan untuk Uncle Mick dan Mami sebelum berangkat. Menu sarapan rutin, mulai dari susu, kopi, jus jeruk murni, telur rebus, dan irisan buah pepaya.
Kulihat Mami buru-buru pergi ke salon Bu Ambon, langganannya. Kata Mami,”Malu ah, nanti ketemu Pak Jokowi, masa’ muka Oyu kucel hehehe…”.
Mami membahasai dirinya Oyu, dari kata Toyu, yang artinya Nenek, dalam bahasa Dayak Bidayuh Muara. Secara dalam silsilah keluarga besar, aku terhitung cucu dari Toyu, dimana aku tinggal beberapa tahun ini. Ibuku, Natalia Suti (almarhumah), dari Dayak muara juga. Sementara ayahku, dari Blitar, Jawa Timur. Jadi aku ini setengah Dayak Jawa.

Baiklah, kulanjutkan rencana kami pergi untuk bertemu Jokowi di Sabtu ceria itu. Berangkat dari rumah pukul 06.00 pagi, puji Tuhan jalanan masih sepi. Kata mami, syukur hari Sabtu nggak berlaku aturan ganjil genap, sehingga mobil Toyota Rush yang dikemudi Mami bisa meluncur dengan mulus, melintasi jalan tol Jagorawi, kemudian tol dalam kota Jakarta.
Hujan gerimis di pagi itu, tak menghalangi laju mobil. Sampai-sampai Uncle Mick memperingatkan Mami, agar nggak terlalu ngebut, karena jalan raya mungkin licin. Uncle Mick berkomunikasi dalam bahasa Inggris, karena beliau berasal dari Negeri paman Trumph itu. Aku sedikit-dikit mengerti, kan sudah belajar bahasa Inggris di sekolah, dilanjutkan kurssus beberapa bulan pula hehehe…
Sampai di halaman parkir gedung Season City, kulihat sudah cukup banyak warga Dayak yang datang. Kutahu itu , dari melihat pakaian yang mereka kenakan. Batik motif Dayak, dan banyak di antara mereka yang mengenakan atribut dan aksesoris Dayak. Uncle dan Mami juga khusus menyewa aksesoris Dayak utnuk kami kenakan hari itu. Khusus untuk Uncle mahkota Dayak lengkap dengan bulu burung Ruai. Juga rompi dari bahan kulit kayu, yang ditempeli bulu-bulu burung Enggang, khas Kalimantan.
Aku tadinya juga mau pakai topi Dayak. Tapi kok setelah dicoba, nggak cocok dengan wajahku. Ya sudah, aku tampil seaadanya, dengan rok bahan rajut bermotif Dayak, dan kalung Dayak. Mami pun begitu, berbalut baju yang mirip-mirip motif Daya, yang dibelinya sehari lalu di pusat batik Indonesia di Thamrin City Mal, Jakarta Pusat.